MISTERI GUNUNG WAYANG - LEGENDA GUNUNG WAYANG
Gunung Wayang merupakan salah satu gunung yang cukup populer
yang berada di daerah Bandung Selatan, Jawa Barat. Tempat ini telah dijadikan
obyek wisata oleh Pemerintah Daerah setempat sejak tahun 1930an. Tempat ini
sangat digemari kaum wisatawan karena kesejukan alamnya. Kadangkala sepanjang
hari area wisata ini diselimuti kabut tebal hingga menambah kesejukkan alamnya.
Bagi anda yang menyukai travelling, tidak ada salahnya untuk mengunjungi obyek
wisata Gunung Wayang ini.
Gunung Wayang memiliki ketinggian 2241 meter
diatas permukaan laut. Posisi gunung ini diapit oleh dua gunung dan satu perbukitan
yaitu Gunung Papandayan yang berada di sebelah timur dan Gunung Malabar di sisi
selatan serta perbukitan Arjasari di sebelah barat.
Gunung Wayang memiliki beberapa puncak gunung dan jajaran
perbukitan. Pada bagian lereng kaki Gunung Wayang terdapat tujuh mata air yang
mengaliri setu Cisanti sebagai hulu dari sungai Citarum yang merupakan sungai
terpanjang yang ada di Pulau Jawa.
Ada dua jalur pendakian menuju puncak Gunung Wayang, yaitu
jalur Ciparay yang melalui desa Pacet dan jalur Pengalengan. Dari kedua jalur
tersebut, jalur Ciparay merupakan yang terdekat untuk mencapai puncak Gunung
Wayang, sehingga para pendaki lebih memilih jalur tersebut untuk melakukan
pendakian.
Adapun kisah legenda tentang Gunung Wayang sangatlah menarik untuk disimak.
Gunung Wayang berasal dari kata Wa dan Hyang yang berarti hawa
kelembutan tempat para dewa yang bermakna surga para dewa yang penuh keindahan
dan kelembutan.
Pada salah satu puncak Gunung Wayang, arkeolog menemukan
beberapa situs peninggalan berupa patung yang terbuat dari batu cadas serta
beberapa makam dan juga beberapa situs yang berupa guci yang bermahkotakan
sebuah meriam yang sangat kuno sebagai bukti peninggalan kerajaan.
Salah satu tokoh yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi
dari kerajaan Sunda yang bernama Bujangga Manik pernah singgah di Gunung Wayang
pada sekitar abad ke 15. Hal ini diketahui dari sebuah peninggalan berupa
tulisan yang ditulis sendiri oleh Bujangga Manik pada sehelai daun lontar.
Tulisan tersebut berbunyi :
“Sacunduk ka gunung sembung, eta huluna citarum,
diinya aing ditapa, sambian ngeureunan palay, tehering puja nyanghara, puja
nyapa pugu-pugu, tethering nanjeurkeun lingga, sadari aing tiinya, leumpang
aing ngidul ngetan, meuntasing di cimarijung, meuntasing di cicarengcang,
meuntas aing di cisanti, sananjak ka gunung wayang”.
Cerita rakyat tentang Gunung Wayang telah juga popular
terutama dikalangan masyarakat setempat. Konon cerita tersebut berawal ketika
seorang Pangeran yang bernama Pangeran Jaga Lawang yang merupakan keturunan
Ratu sering melakukan meditasi dalam kesunyian di puncak Gunung Wayang.
Pangeran Jaga Lawang memiliki seorang puteri yang sangat
cantik yang bernama Puteri Langka Ratnaningrum yang telah memiliki kekasih yang
menjadi calon suaminya yaitu Gagak Taruna.
Pemuda ini juga rajin melakukan meditasi pada tiap malamnya
dimana kesehariannya dia juga adalah seorang petani. Maka pada musim panen yang
akan datang pemuda Gagak Taruna berencana menikahi kekasih pujaan hatinya Puteri
Langka Ratnaningrum.
Pada suatu ketika disaat Gagak Taruna sedang melakukan
kebiasaan meditasinya, datanglah seorang wanita yang sangat cantik. Dalam
keterkejutannya, Gagak Taruna jatuh cinta kepada wanita cantik yang ada di
hadapannya. Akan tetapi, wanita cantik tersebut tiba-tiba menghilang dan masuk
ke dalam mata air.
Gagak Taruna menyadari bahwa yang dilihatnya adalah sebuah
godaan, oleh karenanya Gagak Taruna memutuskan untuk segera menyudahi
meditasinya dan segera pulang. Tetapi hati dan perasaannya terus memikirkan
wanita cantik tersebut.
Sesungguhnya wanita cantik yang tiba-tiba menghilang itu
adalah wujud bayangan dari Nyi Kantri Manik, yaitu seorang gadis yang sangat
cantik yang meninggal dunia akibat sang pujaan hati tidak mau menepati janji
untuk menikahinya. Oleh sebab itulah Nyi Kantri Manik selalu melakukan balas
dendam kepada semua laki-laki yang ada di sekitarnya.
Gagak Taruna yang telah mempersiapkan diri, segera
melangsungkan pernikahannya dengan kekasih pujaannya Puteri Langka Ningrum
ketika musim panen tiba. Kirab dan iring-iringan pengantin berjalan menuju
puncak Gunung Wayang untuk pelaksanaan pernikahan.
Ketika iring-iringan telah sampai di hulu Citarum, Gagak
Taruna segera melakukan ritual nadran yaitu menebarkan bunga rampe, melati dan
cempaka diatas mata air hulu Citarum. Pengawal dan iring-iringan lainnya
diperintahkan oleh Gagak Taruna untuk segera melanjutkan perjalanan. Segera ia
akan menyusul bilamana ritual nadran telah selesai dilakukannya.
Akan tetapi pada saat ritual nadran telah selesai dilakukan,
Nyi Kantri Manik kembali muncul di seberang hulu Citarum dengan senyuman yang
sangat mempesona hingga Gagak Taruna tak berdaya melihat kecantikan Nyi Kantri
Manik.
Gagak Taruna berusaha menghampiri Nyi Kantri Manik dengan
berjalan di dalam air yang tanpa disadari akhirnya Gagak Taruna tenggelam.
Di tempat sang calon mempelai wanita, semuanya gelisah
menanti kedatangan Gagak Taruna. Akan tetapi ketika rombongan pengawal yang
diperintahkan untuk menjemputnya menemukan Gagak Taruna telah mengambang di
hulu Citarum.
Mengetahui kabar tersebut, Pangeran Jaga Lawang sangat
berduka dan menyesali kejadian tersebut. Rasa duka yang mendalam tersebut
membuat Pangeran Jaga Lawang
melampiaskan kemarahannya dengan mengamuk dan mengobrak abrik dapur
tempat penyiapan makanan untuk pesta.
Segala yang ada di dapur tersebut baik peralatan maupun
makanan yang ada dilempar dan dibanting hingga terbentuklah kawah Gunung
Wayang. Air panas serta dedaunan dan sayuran untuk lalaban dihempaskan hingga
membentuk kawah Cibolang di Gunung Windu.
Tak hanya peralatan yang ada di dapur, alat tabuh yang ada pun
dilemparkannya hingga membentuk Gunung Kedang.
Nayaga yang terus menerus berharap akan kedatangan Gagak
Taruna tak mau pergi, hingga berubah menjadi patung atau arca. Hingga akhirnya
Pangeran Jaga Lawang menyudahi amuknya dan melakukan sepuh hati di Gunung Seda
untuk menenangkan diri. Pangeran Jaga Lawang terus menanti kedatangan sang
puteri yang sangat dicintainya Puteri Langka Ratnaningrum untuk segera pulang.
Hingga saat ini legenda tersebut menjadi misteri Gunung
Wayang yang apabila datang bulan purnama akan terdengar sayup suara gending
gamelan yang menandakan sedang dilakukannya prosesi penyambutan kedatangan mempelai
pria. Dan pada saat bulan purnama tersebut juga sering muncul kepulan asap
tebal dan berlapis yang bermakna sedang terjadi kesibukkan di dapur yang sedang
memasak dan menyiapkan makanan untuk pesta.
MISTERI GUNUNG WAYANG - LEGENDA GUNUNG WAYANG
Reviewed by Unknown
on
00.13.00
Rating: