MISTERI GUNUNG DIENG - LEGENDA GUNUNG DIENG

MISTERI GUNUNG DIENG - LEGENDA GUNUNG DIENG

Salah satu gunung yang sangat fenomenal di Pulau Jawa yaitu Gunung Dieng. Dalam ilmu geografi yang dipelajari di sekolah umum, Gunung Dieng lebih dikenal dengan nama dataran tinggi Dieng, walaupun sesungguhnya ketinggian Gunung Dieng masih berada pada 2.093 meter diatas permukaan laut.

Gunung yang berada di Jawa Tengah ini berada di tengah-tengah antara Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Temanggung.

Kata Dieng berasal dari kata da dan hyang yang berarti tempat bersemayam para Dewa. 
Di Gunung Dieng ini terdapat hampir dua ratusan candi yang menjadi simbol peninggalan sebuah kerajaan yang pernah ada di Jawa Tengah. Konon menurut para ahli arkeologi candi-candi tersebut dibangun antara abad ke 7 hingga abad ke 13 Masehi.



Legenda Gunung Dieng tidak dapat dilepaskan dari sebuah legenda tentang misteri anak bajang, yaitu anak-anak yang memiliki rambut gimbal. Cerita yang berkembang di masyarakat sekitar Gunung Dieng adalah dimana anak bajang yang memiliki rambut gimbal tersebut merupakan titisan dari Kyai Kaladete yang dikenal sebagai seorang yang memiliki kesaktian dan selalu membela masyarakat kecil yang hidup di zaman kejayaan kerajaan Mataram.

Aura mistis yang terasa di Pegunungan Dieng diyakini karena keberadaan tempat keramat yang ada di sekitarnya. Dan pegunungan Dieng juga diyakini sangat erat kaitannya dengan kekuasaan Nyi Roro Kidul serta keberadaan para Dewa yang masih tetap bersemayam di wilayah ini.

Tempat-tempat keramat yang ada di pegunungan Dieng sangat beragam. Dimana secara keseluruhan tempat-tempat keramat tersebut memiliki makna nasehat dalam menjalankan kehidupan yang disampaikan secara spiritual.

Sebagai titik permulaan dari pelajaran kehidupan yang dinasehatkan adalah adanya mata air Bima Lukar yang berada di sungai serayu. Di tempat ini disarankan untuk kita melakukan mandi jamas dengan tujuan untuk membersihkan diri dari segala angkara murka sehingga kita kembali kepada jiwa yang bersih.

Setelah melakukan mandi jamas tersebut, kita diperbolehkan untuk memasuki pertapaan Mandala Sari, dimana pada bagian depan dari pertapaan tersebut terdapat telaga warna yang memberi nasehat bahwa di dalam diri kita terdapat empat nafsu yang harus kita tundukkan yaitu amarah, sufiah, lauwamah dan mutmainah. Setelah kita mempu menundukkannya maka kita dapat mempersatukan keempatnya yang disebut dengan manunggal dan tidak akan lagi terpisahkan.

Di pertapaan Mandala Sari ini juga ada gua jaran yang bermakna jaran atau kuda yang melambangkan nafsu yang harus dapat kita kendalikan ke arah yang baik. Selain goa jaran juga ada telaga pengilon yang bermakna sebagai cermin untuk diri kita agar kita mampu melakukan introspeksi diri sehingga kita tidak akan dengan mudah menyalahkan ataupun melukai orang lain.

Setelah kesemuanya telah dilakukan dengan baik dan juga dilakukan secara jujur dan sungguh-sungguh, maka seseorang diizinkan untuk memasuki Goa Semar. Pada Goa Semar ini akan diingatkan kepada kita bahwa kebaikan dan keburukan yang ada di alam ini adalah saling melengkapi satu sama lainnya. Hal ini sudah menjadi takdir yang tidak dapat diubah, tetapi kita harus dapat mengendalikannya.

Selain Goa Semar juga ada Goa Sumur yang di dalamnya terdapat air kehidupan yang disebut dengan tirto kamandanu yang oleh sebagian orang dipercaya mampu menyembuhkan penyakit dan juga mempu memberikan penglaris dan sebagainya.

Di area lainnya yang masih di sekitar Gunung Dieng, terdapat beberapa kawah. Diantaranya adalah Kawah Sikidang, yang berarti seekor kijang yang suka melompat-lompat dan memakan dedaunan. Kawah Sikidang ini memberi nasehat bahwa sebagai manusia kita harus gantungkan cita-cita kita setinggi langit tetapi tetap berserah diri pada Tuhan karena hanya Gusti Allah yang menentukan.

Kawah lainnya adalah Kawah Sileri yang memiliki makna bahwa seseorang dalam menjalani hidup tidak boleh melanggar aturan yang telah digariskan oleh Gusti Allah.

Ada empat hal pelanggaran yang tidak boleh dilakukan manusia dalam menjalani hidupnya yaitu : melanggar aturan rumah tangga, melanggar aturan norma dalam masyarakat, melanggar aturan pemerintah serta melanggar aturan yang telah digariskan oleh Allh SWT.

Apabila manusia tidak melakukan empat hal diatas maka akan datang padanya sebuah ketenangan dalam hidupnya sehingga dapat tercapai tujuan mulianya yaitu sejahtera hidup di dunia maupun di akherat.

Setelah itu kita akan menjumpai kawah lainnya yaitu Kawah Candradimuka, yang berasal dari kata candra yang berarti bulan serta muka yang berarti depan sehingga kawah ini memiliki makna tidak boleh menunda sesuatu termasuk cita-cita hingga di bulan depan atau bahkan berbulan-bulan.

Oleh karenanya di area kawah ini terdapat Jala Tunda yang menekankan kembali pada kita untuk tidak menunda suatu niat baik agar tercapai segala yang diinginkan tanpa tertunda.

Itulah rangkaian dari jajaran tempat sakral yang ada di pegunungan dieng sesuai dengan makna yang tersirat pada setiap tempat tersebut.

Selain area wisata spiritual yang telah dipaparkan, masih ada satu hal lagi yang fenomenal di dataran tinggi dieng ini yaitu Candi Pandawa Lima yang sangat populer di kalangan masyarakat di Pulau Jawa.

Candi Pandawa Lima ini merupakan peninggalan zaman kerajaan Kalingga yang berkuasa pada abad ke 8. Menurut peneliti arkeologi, candi-candi tersebut dibangun pada tahun 732 M, dimana candi-candi tersebut merupakan makam para raja yang kemudian pada saat ini telah menjadi tempat ibadah bagi umat Hindu.

Pandawa Lima merupakan para ksatria pada zaman Mahabarata dimana mereka adalah putera dari Pandu Dewanata  yang memang memiliki jiwa yang sangat ksatria.  Mereka adalah :

1. Puntadewa
Memiliki sifat yang sangat bijaksana dan pendiam.

2. Werkudara (Bimo)
Berbadan kekar, sangat pemberani sehingga dapat selalu menjaga keteguhan dalam 
mempertahankan prinsip dan nilai kehidupan.

3. Arjuna
Memiliki kepandaian dan kecerdasan yang sangat tinggi sehingga selalu dapat memenangi setiap pertandingan dan sayembara yang ia ikuti.

4. Nakula 
Memiliki jiwa yang lembut, penuh kasih sayang dengan sesamanya dan juga memiliki sifat 
welas asih.

5. Sadewa
Memiliki jiwa yang sangat loyal dan penuh keikhlasan.
MISTERI GUNUNG DIENG - LEGENDA GUNUNG DIENG MISTERI GUNUNG DIENG - LEGENDA GUNUNG DIENG Reviewed by Unknown on 07.01.00 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.